Jurnalisme.info Sumedang - Meski berada hanya sepelemparan batu dari Dapur SPPG Gunung Manik, SD Negeri Ciluluk 1 hingga kini belum terdaftar sebagai penerima penuh program pemenuhan gizi yang tengah dijalankan pemerintah. Kondisi ini memunculkan tanda tanya soal pemerataan layanan gizi di lingkungan sekolah dasar.
Saat ditemui di ruang guru, Kepala SDN Ciluluk 1, wiwin mengungkapkan bahwa sekolahnya belum masuk dalam daftar penerima manfaat program, meski jaraknya sangat dekat dengan pusat distribusi makanan. “Kalau dilihat dari jarak, SDN Ciluluk 1 lebih dekat. Namun saat ini memang masih dalam proses,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wiwin menjelaskan bahwa pihak SPPG sebelumnya sudah melakukan pendataan di sekolahnya, bahkan data siswa telah diserahkan. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan resmi dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) yang menjadi dasar penyaluran layanan. “Padahal itu penting supaya ada kejelasan pembagian layanan,” tambahnya.
Menurut Kordinator Dapur SPPG Gunung Manik,H.Sugiyan saat ini melayani sekitar 2.928 siswa dari tujuh sekolah, dari total target 3.500 siswa. Artinya, masih tersedia kuota untuk 572 siswa tambahan. SDN Ciluluk 1 sendiri hanya memiliki 196 siswa—angka yang secara teknis masih sangat mungkin diakomodasi.
Ketimpangan seperti ini, bisa berdampak pada munculnya rasa ketidakadilan antar sekolah. Kepala sekolah SDN Ciluluk 1 pun menyuarakan harapan agar kebijakan distribusi manfaat program gizi ini mempertimbangkan aspek jarak dan kesiapan sekolah. “Apalagi jarak kami dekat, jadi tidak ada alasan untuk tertunda,” tegasnya.
Program gizi yang diinisiasi pemerintah ini diharapkan bukan hanya sekadar menurunkan angka stunting dan kekurangan gizi, tapi juga membangun iklim belajar yang sehat dan setara. Tanpa kejelasan dan pemerataan, tujuan tersebut dikhawatirkan akan sulit tercapai.***