Hari ini, kita menyaksikan momen
penting dalam sejarah Indonesia dengan bergabungnya negara kita ke dalam BRICS.
Namun, saya rasa masyarakat juga perlu menyikapi hal ini dengan kritis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bergabungnya Indonesia dalam BRICS dapat menimbulkan ketergantungan baru. Kita harus waspada terhadap kemungkinan bahwa Indonesia akan menjadi lebih terikat pada kebijakan ekonomi dan politik negara-negara anggota BRICS lainnya. Dalam sejarah, ketergantungan ekonomi sering kali berujung pada ketidak mandirian dan pengaruh luar yang tidak diinginkan.
Di sisi ekonomi keanggotaan BRICS terdiri dari negara-negara dengan ekonomi yang lebih besar dan lebih maju dibandingkan Indonesia. Ini bisa mengakibatkan ketimpangan dalam alokasi sumber daya dan peluang ekonomi. Jika tidak diatur dengan baik, Indonesia bisa saja hanya menjadi pasar bagi produk-produk negara BRICS lainnya tanpa mendapatkan manfaat ekonomi yang seimbang.
Sedangkan kalau kita melihat pada Regulasi dan Kebijakan. Ada juga kekhawatiran bahwa regulasi dan kebijakan yang diadopsi oleh BRICS mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi kedaulatan ekonomi dan politik kita. Indonesia harus tetap berhati-hati dalam menjaga kebijakan domestik yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Ada kekhawatiran bahwa kerjasama dengan negara-negara BRICS dapat memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi di dalam negeri. Indonesia perlu memastikan bahwa manfaat dari kerjasama ini dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir elit.
Negara-negara besar dalam BRICS, seperti Tiongkok dan India, mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Indonesia harus kritis terhadap potensi dominasi ini dan berjuang untuk memastikan kepentingan nasional tetap terjaga.