.png)
Bangka Belitung, jurnalisme.info -
Bangka Belitung koba tengah diramaikan dengan polemik terkait aktivitas pengerit bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU. Isu ini menjadi hangat diperbincangkan, terutama karena adanya ketidakpastian dalam penerapan aturan serta pengawasan yang dianggap lemah. Namun, di balik kontroversi ini, ada sisi lain yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu peran pengerit BBM dalam membantu perekonomian masyarakat.
Dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit, banyak warga yang beralih menjadi pengerit BBM untuk menghidupi keluarganya. Sebagian besar dari mereka adalah mantan penambang timah yang kini kehilangan mata pencaharian akibat menurunnya harga dan permintaan timah. Menjadi pengerit BBM dianggap sebagai salah satu cara terakhir untuk tetap bertahan hidup.
"Kami hanya mencari keuntungan sedikit untuk menyambung hidup. Kalau ada pengawasan, kami tidak masalah, asal jangan memberatkan. Kami ini juga rakyat kecil yang berjuang," ujar salah satu pengerit di Bangka Tengah.
Pengerit BBM tidak hanya beroperasi di kawasan strategis, tetapi juga menjangkau daerah terpencil yang jauh dari akses SPBU. Mereka membantu masyarakat di pelosok untuk mendapatkan BBM, yang sering kali sulit didapatkan akibat jarak dan distribusi yang tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa pengerit juga memiliki peran penting dalam menjaga ketersediaan BBM di daerah-daerah tertentu.
Namun, pemberitaan sepihak yang dilakukan tanpa mendengarkan aspirasi masyarakat justru menimbulkan keresahan. "Kalau mau tertibkan, jangan hanya di Bangka Tengah. Pantau juga seluruh wilayah Bangka Belitung. Jangan hanya menyalahkan kami, tapi lihat bagaimana kondisi sebenarnya," kata seorang pengerit lainnya.
Masyarakat berharap pemerintah mengambil langkah yang lebih bijak. Pendekatan hati ke hati dengan para pengerit dianggap menjadi kunci untuk menyelesaikan polemik ini. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada penegakan aturan, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan yang diambil.
Pengerit BBM hanyalah bagian kecil dari masalah besar dalam distribusi dan pengelolaan energi di Bangka Belitung. Daripada mengusik mereka yang mencari penghidupan dengan cara ini, ada baiknya pemerintah berfokus pada perbaikan sistem distribusi BBM serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Polemik ini seharusnya menjadi pengingat bahwa setiap kebijakan harus memihak pada kebutuhan rakyat kecil. Di tengah tantangan ekonomi yang semakin berat, masyarakat hanya berharap untuk bisa bertahan dan memberikan yang terbaik bagi keluarga mereka.
(Rusrianto)