Jakarta,Jurnalisme.Online-
Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika (19), tewas setelah diduga dianiaya oleh seniornya. Korban sempat digotong oleh sejumlah taruna setelah tidak sadarkan diri usai dianiaya.
Momen tersebut terekam kamera CCTV. Dalam rekaman CCTV yang beredar, terlihat korban digotong keluar dari dalam kamar mandi.Tampak korban sudah dalam kondisi tak sadarkan diri. Beberapa taruna lain pun terlihat di lokasi dan membantu menggotong
Rekaman CCTV tersebut dibenarkan oleh Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan. Gidion juga membenarkan korban dalam kondisi tak sadarkan diri saat digotong taruna lain.
"Iya, iya," singkat Gidion, saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (8/5/2024).
Gara-gara Baju Olahraga
Sebelumnya, Gidion mengungkap penganiayaan itu terjadi setelah para taruna melaksanakan makan pagi. Setelah itu, dilanjutkan dengan olahraga jalan pagi.
"Ya itu kan yang tingkat 1 ini (korban) menurut persepsi senior salah, 'Kalian nggak boleh masuk kelas pakai baju olahraga, nggak sopan', terus 'ditindak'," kata Gidion saat dihubungi detikcom, Senin (6/4).
Pada Jumat (3/5/2024) pagi, tersangka Tegar Rafi Sanjaya (21) dan 3 temannya mendapati korban bersama 4 rekannya masuk kelas dengan memakai baju olahraga, yang menurut tersangka hal itu tidaklah sopan.
"Ini kan ada kegiatan jalan santai. Nah, kegiatan jalan santai--cerita korban lain nih--kegiatan jalan dilakukan setelah makan pagi. Karena mereka pakai baju olahraga mereka nggak bisa bawa roti, maka roti disimpan ke kelas," imbuhnya.
"Nah waktu ke kelas, waktu dibariskan kan masih sedikit. Nah, kemudian anak-anak ini ke kelasnya mau nyari temannya yang sembunyi, ketahuan sama kakak tingkatnya ini," tambahnya.
Gidion mengatakan tersangka membawa korban dan 4 temannya ke kamar mandi untuk diberikan 'tindakan'. Gidion mengatakan tersangka tidak mengincar korban untuk ditindak lebih dahulu.
"Sebetulnya tidak mengincar. Tapi kan ada pertanyaan dari si pelaku, 'Siapa yang paling kuat?, kemudian korban jawab 'Saya yang paling kuat', karena si korban ini mungkin ketua kelompok tingkat 1, jadi dia yang menjawab," katanya.
"Dia nanya 'Siapa yang paling kuat' itu maksudnya fisiknya siapa yang paling kuat. Karena ada niat mau mukul, makanya dia tanya dulu siapa yang paling kuat," tambahnya.
STIP Janji Beri Sanksi Berat
Pihak STIP buka suara terkait kasus penganiayaan berujung maut itu. Pihak STIP mengklaim telah menghapuskan budaya kekerasan atau perpeloncoan dari kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) itu.
"Tidak ada budaya perpeloncoan di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata Ketua STIP Ahmad Wahid, dilansir Antara, Sabtu (4/5).
Dia mengatakan sudah satu tahun di kampus STIP dan tidak menemukan budaya kekerasan tersebut. Menurutnya, kasus terbaru ini merupakan di luar kuasa dirinya karena kejadian terjadi di luar program yang dibuat kampus.
"Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni 'person to person'," kata Wahid.
Ia mengatakan aksi tersebut terjadi di luar program belajar yang dibuat kampus dan terjadi di kamar mandi. Dia mengatakan STIP juga akan memberi sanksi keras kepada pelaku.
"Sebetulnya tidak mengincar. Tapi kan ada pertanyaan dari si pelaku, 'Siapa yang paling kuat?, kemudian korban jawab 'Saya yang paling kuat', karena si korban ini mungkin ketua kelompok tingkat 1, jadi dia yang menjawab," katanya.
"Dia nanya 'Siapa yang paling kuat' itu maksudnya fisiknya siapa yang paling kuat. Karena ada niat mau mukul, makanya dia tanya dulu siapa yang paling kuat," tambahnya.
STIP Janji Beri Sanksi Berat
Pihak STIP buka suara terkait kasus penganiayaan berujung maut itu. Pihak STIP mengklaim telah menghapuskan budaya kekerasan atau perpeloncoan dari kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) itu.
"Tidak ada budaya perpeloncoan di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata Ketua STIP Ahmad Wahid, dilansir Antara, Sabtu (4/5).
Dia mengatakan sudah satu tahun di kampus STIP dan tidak menemukan budaya kekerasan tersebut. Menurutnya, kasus terbaru ini merupakan di luar kuasa dirinya karena kejadian terjadi di luar program yang dibuat kampus.
"Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni 'person to person'," kata Wahid.
Ia mengatakan aksi tersebut terjadi di luar program belajar yang dibuat kampus dan terjadi di kamar mandi. Dia mengatakan STIP juga akan memberi sanksi keras kepada pelaku.