Jakarta,Jurnalisme.Online-
Sejumlah negara, seperti Singapura, Jepang, hingga Korea Selatan berminat investasi proyek Carbon Capture Storage (CCS). Hal ini disampaikan oleh Ketua Panitia IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024) Krishna Ismaputra.
Krishna mengatakan delegasi dari ketiga negara tersebut akan menjadi salah satu pembicara dalam gelaran IPA kali ini."Nanti besok itu akan ada pembicara kita undang dari Singapura, Korea Selatan, Jepang mereka ini yang berminat (investasi). Mereka akan bicara," kata Krishna kepada detikcom, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Rabu (15/5/2024).
Dia menjelaskan Indonesia mempunyai potensi untuk menangkap dan menyimpan emisi-emisi karbon. Dengan kondisi biologis dari alam inilah membuat Indonesia membuka peluang bisnis simpan karbon.
Menurutnya, hal ini penting karena dapat mengurangi emisi karbon sekaligus mencapai target pemerintah Indonesia dalam net zero emission (NZE). Di sisi lain, emisi-emisi karbon ini tidak lepas dari sejumlah industri, seperti baja, semen, hingga listrik.
Namun, tentunya dia tidak bisa menghentikan industri tersebut beroperasi karena masih dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Untuk itu, penting proyek CSS ini dikembangkan dan mengajak negara-negara lain untuk berpartisipasi.
"Emisi karbon yang dikeluarkan dari industri-industri ya sulit untuk diturunkan lagi, seperti industri semen. Tapi, industri itu masih kita butuhkan kita masih butuh untuk pembangunan. Kita masih butuh industri pengaturan baja dan sebagainya itu ya kita juga masih sangat bergantung apa dengan industri pembangkitan listrik dan sebagainya jadi emisi yang dihasilkan oleh industri ini bisa kita ikat kembali di Indonesia," jelasnya
Untuk menyukseskan proyek tersebut, dia bilang membutuhkan investasi. Sebab itu, dalam gelaran IPA kali ini, pihaknya mengundang negara-negara yang berpotensi investasi di Indonesia.
"Kita juga bisa akan membahas di sana bahwa untuk investasi kita bisa mengajak negara-negara lain yang mungkin industrinya juga menghasilkan emisi karbon dan mereka tidak punya kondisi biologis seperti kita untuk menyimpannya," imbuhnya.
Sumber:Detik.com
"Emisi karbon yang dikeluarkan dari industri-industri ya sulit untuk diturunkan lagi, seperti industri semen. Tapi, industri itu masih kita butuhkan kita masih butuh untuk pembangunan. Kita masih butuh industri pengaturan baja dan sebagainya itu ya kita juga masih sangat bergantung apa dengan industri pembangkitan listrik dan sebagainya jadi emisi yang dihasilkan oleh industri ini bisa kita ikat kembali di Indonesia," jelasnya
Untuk menyukseskan proyek tersebut, dia bilang membutuhkan investasi. Sebab itu, dalam gelaran IPA kali ini, pihaknya mengundang negara-negara yang berpotensi investasi di Indonesia.
"Kita juga bisa akan membahas di sana bahwa untuk investasi kita bisa mengajak negara-negara lain yang mungkin industrinya juga menghasilkan emisi karbon dan mereka tidak punya kondisi biologis seperti kita untuk menyimpannya," imbuhnya.
Sumber:Detik.com