Jakarta,Jurnalisme.info-
PT PLN Persero menegaskan komitmen dalam mendukung transisi energi di dalam negeri. Salah satunya dengan berhenti untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang sumbernya dari batu bara.
"Kita tidak lagi membangun PLTU batu bara," ungkap Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar dalam acara Green Economic Forum, Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (29/5/2024)
PLN fokus dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), antara lain pembangunan listrik tenaga surya (PLTS). Ini dapat berjalan seiring dengan harga yang lebih kompetitif.
Pada 2013, harganya sebesar 20 sen dolar per kWh. Kemudian lima tahun berikutnya menjadi 10 sen dolar per kWh dan terakhir adalah sekitar 4 sen dolar per kWh.
"Ke depan makin banyak, harga akan makin kompetitif. Dulu yang terkenal mahal bisa terjangkau, PLTU Bayu, Sidrap dan lain-lain. Dulu 13 sen dolar per kWh, kita sekarang ada lelang turun 11 sen, lelang terbaru di tanah laut Kalimantan udah 5,5 sen," paparnya.
Pengembangan EBT menjadi langkah cepat dalam transisi energi. Kini Indonesia berada dalam tahapan persiapan suntik mati PLTU. Menurut Suroso perlu ada berbagai langkah agar kebijakan suntik mati tidak justru mengorbankan perekonomian. "PLN tidak bisa sendiri, harus kolaborasi," tegas Suroso
Sumber:CNBC.INDONESIA