Jakarta,Jurnalisme.Online-
Sutradara Rudi Soedjarwo telah melanglang buana selama 25 tahun dalam dunia industri perfilman yang menjadi hobi serta passionnya, hingga sudah mengalami berbagai momen suka dan duka yang membuatnya terus belajar menjadi lebih baik.
Dalam momen-momen gemilang ketika semua berjalan sesuai rencana dan kesuksesan menghampiri, Rudi merasakan kepuasan yang mendalam.
Namun, seperti halnya kisah perjalanan yang sesungguhnya, pembelajaran sejati datang dari saat-saat sulit. Ketika film-filmnya tidak mencapai ekspektasi atau saat penonton tidak sebanyak yang diharapkan, itulah titik-titik balik yang mengajarkannya lebih banyak dari segala kesuksesan yang diraihnya.
Melalui perjalanannya yang panjang, Rudi senantiasa mencari inovasi dan eksperimen. Setiap film yang ia sutradarai memiliki ciri khasnya sendiri, sebuah jejak perjalanan kreatif yang terus berkembang.
“Belajarnya pas bukan sukanya, menurut saya kita belajar ketika kita kehilangan yang kita tuju. Misalnya, ternyata penontonnya sedikit, penontonnya tidak suma yang ini, terus ternyata saya salah caranya membuat film. Itu yang selama 25 tahun saya mencari-mencari terus, makanya kalau dilihat dari semua rentetan film saya itu tidak pernah ada yang sama,” kata Rudi saat berkunjung ke ANTARA Heritage Center di Pasar Baru, Jakarta, Rabu (22/5).
Rudi juga menekankan pentingnya memberikan pengalaman yang ringan dan menyenangkan bagi para penonton, tanpa mengorbankan kekuatan emosional dari setiap cerita yang ingin disampaikan.
Baginya, film adalah media yang kuat untuk menyampaikan pesan, dan fokusnya adalah agar penonton dapat merasakan dan terlibat secara emosional dengan setiap karya yang ia hasilkan.
Setelah melalui berbagai pengalaman dan belajar dari kesalahan, Rudi akhirnya menemukan cara yang tepat dalam membuat film.
Kini, fokusnya bukan hanya pada teknis pembuatan film, melainkan juga pada bagaimana menyampaikan emosi yang mendalam kepada penonton.
Sumber:Antara.news