Notification

×

Iklan

 


Iklan

 


Tag Terpopuler

BNBP Catat Korban Meninggal Banjir Bandang di Sumbar Capai 50 orang

Selasa, 14 Mei 2024 | Mei 14, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-14T03:32:06Z


BUTUH BANTUAN HUKUM?




Jurnalisme.Online-

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, korban jiwa yang meninggal dunia akibat bencana banjir bandang  di Sumatra Barat (Sumbar) mencapai 50 orang.

Dilansir situs BNPB pada Selasa (14/5/2024), total 50 orang yang meninggal tersebar di sejumlah kabupaten.

Paling banyak di Kabupaten Agam sebanyak 20 orang, sedangkan di Tanah Datar ada 19 orang.

Kemudian, di Kabupaten Padang Pariaman 8 orang, Kota Padang Panjang 2 orang, dan Kota Padang 1 orang

Selain puluhan korban meninggal, ada 27 orang hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi.

Hal tersebut, disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulisnya di situs BNPB.

"Datanya akan berkembang terus. Untuk membantu mencari (korban) yang masih hilang alat berat itu masuk harus secepat mungkin karena kan Basarnas punya golden time di 6x24 jam."

"Kita akan tetap upayakan mencari sampai ketemu apabila ada pihak keluarga atau ahli waris yang minta tetap dicarikan ya kita harus cari," kata Suharyanto.

Menurut Kepala BPNB, Pemerintah terus berupaya melakukan pencarian dan pertolongan korban jiwa terdampak banjir lahar dingin dan longsor di Sumatra Barat.

Lebih lanjut, Suharyanto menegaskan, langkah penanganan darurat yang diambil pada bencana banjir bandang ini.

Di antaranya pemulihan akses jalan darat dari daerah terdampak dengan alat berat, pembersihan material longsor, evakuasi korban, dan koordinasi dengan OPD terkait.

Pemerintah juga mengupayakan pemenuhan kebutuhan dasar para masyarakat terdampak.

"Kita sepakat dan meyakinkan bahwa kebutuhan dasar masyarakat terdampak ini betul -betul harus dipenuhi dengan baik ketika dia korban, luka-luka, maupun yang sekarang mengungsi."

"Kita pastikan dan tadi kita sudah berikan bantuan awal baik yang bersifat dana maupun barang kebutuhan sehari hari dan ini akan dievaluasi terus menerus sesuai perkembangan," jelasnya dalam Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Banjir Lahar Dingin dan Longsor, Senin (13/5/2024).

Adapun hingga Senin sore, pengiriman bantuan logistik dan evakuasi warga masih dilakukan.

Selanjutnya, pada kunjungan kerja hari kedua, Selasa (14/5), Kepala BNPB direncanakan akan bertolak ke daerah terdampak sekaligus melakukan tinjauan udara.

Hal tersebut, dimaksudkan guna melihat dampak kerusakan akibat banjir lahar dan longsor yang terjadi.

Adapun lokasi tinjauan di sejumlah titik di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.

Tanggap Darurat Bencana Sumbar sampai 24 Mei 2024

Dikutip dari TribunPadang.com, pemerintah pusat bersama Pemprov, Pemda, dan TNI/Polri sepakat menetapkan tanggap darurat bencana di Sumbar pada 12 sampai 24 Mei 2024.

Masa tanggap darurat bencana di Sumatera Barat ini, berlangsung selama dua pekan.

"Dari Pemerintah Pusat dan Pemprov, Kabupaten/Kota, TNI/ Polri sudah sepakat tadi kita menetapkan tanggap darurat," kata Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto.

Pada masa tanggap darurat, Pemerintah Pusat sepakat memastikan bahwa kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana harus terpenuhi.

BMKG: Gempa-gempa Kecil Turut jadi Pemicu Banjir dan Longsor di Sumbar

Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan banjir lahar hujan yang terjadi di Agam dan Tanah Datar tak hanya disebabkan erupsi Marapi, namun juga dipicu gempa-gempa kecil selama sebulan terakhir

"Kami menganalisis, penyebab tidak hanya dampak erupsi Marapi, tetapi juga pengaruh getaran gempa," kata Dwikorita, Minggu malam.

BMKG mencatat, selama satu bulan terakhir sudah terjadi 35 kali gempa bumi dengan magnitudo M,3 atau kurang.

Getarannya tidak dirasakan manusia, tetapi berefek pada tebing-tebing.

"Penyebab tidak hanya erupsi, tapi juga pengaruh getaran gempa, karena BMKG juga mendeteksi selama satu bulan terakhir sebelum kejadian bencana ini terjadi terjadi gempa-gempa kecil magnitudo sekitar M 3,0," lanjut Dwikorita.

Adapun menurutnya, gempa-gempa kecil itu bisa meretakkan batuan dan menimbulkan runtuhan batuan atau tanah.

Lantas, reruntuhan batuan atau Tanah terakumulasi dan dibawa air dari puncak Gunung Marapi.

Sementara, menurut Kepala BMKG, banjir bandang atau galodo terjadi karena akumulasi air selama hujan yang tertahan di hulu sungai bagian atas.

Akumulasi yang tertahan itu bisa, disebabkan endapan-endapan longsor atau runtuhan batuan di daerah hulu yang menahan aliran air hujan ke arah hilir.

Sumber:Tribun.news







×
Berita Terbaru Update