Jurnalisme.online// MERANGIN- Kekerasan terhadap anak dibawah umur kembali terjadi diwilayah hukum Polres Merangin. Kali ini dugaan kasus penganiayaan terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Kahfi, Kelurahan Kadis, kec. Bangko, Kab. Merangin. Selasa 05/04/2024
Bahkan parahnya, sebanyak 3 orang Santri berinisial IH (14), DD (16) dan SL (16) menjadi korban dugaan penganiayaan oleh Pimpinan Ponpes Darul Kahfi bernama Abduh, memimpin Ponpes yang beralamat di Kelurahan Pematang Kandis Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin-Jambi.
Terbongkarnya aksi kejam tak terpuji ini, setelah kedua orang tua Santri angkat berbicara dan tak terima anaknya yang menuntut ilmu malah semena-mena dipukuli hingga tubuhnya lebam dan berbekas.
Syukur, orang tua kandung korban berinisial IH dan DD warga Desa Lubuk Gaung Kecamatan Batang Masumai, menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun 2023 yang lalu. Dimana saat itu anaknya menangis berjalan kaki pulang kerumah dan menyampaikan bahwa dirinya dipukuli oleh Pimpinan Ponpes tempat ia menuntut ilmu. Anak kami memang menuntut ilmu di sana dengann gratis, namun anak kami tidak untuk umpan tangan pengurus dan pimpinan ponpes. Kami sebagai orang tuanya tidak pernah memukul. Ucapknya.
"Peristiwa itu terjadi pada tahun 2023 yang lalu. Dimana saat itu anaknya menangis berjalan kaki pulang kerumah dan menyampaikan bahwa dirinya dipukuli oleh Pimpinan Ponpes tempat ia menuntut ilmu. Anak kami memang menuntut ilmu di sana dengann gratis, namun anak kami tidak untuk umpan tangan pengurus dan pimpinan ponpes. Kami sebagai orang tuanya tidak pernah memukul".
Ditanya apa penyebab anaknya dianiaya oleh Pimpinan Ponpes?. Syukur menjelaskan, berdasarkan dari keterangan pihak Ponpes, anaknya dituduh berpacaran dengan ustazah.
"Penyebabnya itu sepele, dari keterangan pihak Ponpes, anak saya dekat dengan seorang Ustazah dan sering jalan berdua, dan dituduh pacaran. Tapi tidak harus dihukum dengan cara di pukuli tangan dan badan dipukul hingga lebam, jelas saya tidak terima," terangnya.
Bahkan parahnya jelas Syukur, jika anak-anak terlambat bangun Subuh, Pimpinan Ponpes tidak segan-segan menyiram kotoran ayam kebadan anaknya.
"Namanya juga anak-anak, saya suruh sekolah untuk menuntut ilmu dan belajar berprilaku baik dan cerdas kedepannya, bukan untuk dianiaya apabila ia bersalah," tandasnya Syukur.
Hal yang sama disampaikan Suwardi orang tua kandung SL, menyebutkan bahwa anaknya pulang kerumah melapor ia dipukul pakai rantang oleh Pimpinan Ponpes Abduh.
"Iya, anak saya dipukuli Pukuli Pimpinan Ponpes dan kejadiannya itu pada tanggal 28 Januari 2024 lal, walaupun anak saya ada kesalahan dalam belajar, tidak seharusnya dipukul, itu tidak medidik namanya. Karna tidak mau anak saya dipukul lagi, akhirnya saya minta surat pindah dan saya sekolahkan di Jawa," tandasnya.
Terpisah Pimpinan Ponpes Darul Kahfi Abduh, saat dikonfirmasi Via pesan Whatsapp, terkait beberapa Santri diduga kuat telah ia aniaya hingga tubuhnya memar. Abduh terkesan mengelak, dan menyebutkan bahwa sejumalh awak media menyebar fitnah terkait dugaan pemukulan yang ia lakukan terhadap beberapa satri.
"Berarti nak nyebar fitnah," tulisnya Abduh Via Whatsapp dengan singkat.
Sementara itu Gubernur Jambi Al Haris merupakan pemilik Ponpes Darul Kahfi, sampai berita ini di publis, belum bisa dikonfirmasi. Bahkan dikonfirmasi melalui ADC, belum ada tanggapan terkait adanya dugaan penganiayaan beberapa Satri oleh Pimpinan Ponpon Darul Kahfi bernama Abduh.(*)