Jakarta,Jurnalisme.Online
Pemandu pendakian Gunung Marapi, Sumatera Barat bersikukuh tidak mengabaikan status waspada. Larangan mendekati puncak selalu disampaikan kepada pendaki.
Pendaki tewas di Gunung Marapi mencapai 23 orang setelah pencarian selama dua hari. Pada Minggu (3/11/2023), gunung di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat itu meletus.
Seismograf merekam erupsi itu memiliki amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 4 menit 41 detik. Erupsi disertai dengan adanya aliran piroklasik ke arah utara dengan jarak luncur 3 km. Tercatat pula erupsi tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.
Pendakian Gunung Marapi tidak dilarang. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar membuka pendaftaran online bagi pendaki. Pada Jumat (1/3) hingga Minggu tercatat sebanyak 75 orang mendaki Gunung Marapi. Peringatan untuk tidak mendekati puncak ditunjukkan dalam papan peringatan sekaligus dinyatakan status Waspada Gunung Marapi.
Para pemandu pendakian Gunung Marapi juga menyebut selalu menyarankan dan pendaki untuk mendekati puncak.
"Jadi kalau ada yang memaksa naik ke puncak maka itu bukan tanggung jawab kami. Itu seperti yang berlaku di Gunung Semeru. Kami akan sarankan hingga Kalimati saja," kata Ruslan Budiarto, pengurus pusat Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia(APGI), kepada detikTravel, Selasa (5/12/2023).
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Forum Tri Arga (Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat) Doles mengatakan bahwa kuota pendakian Marapi berjumlah 50 orang. Kini mendaki gunung itu harus mengajukan izin secara online.
"Jadi Gunung Marapi ini jadi gunung favorit buat di Sumbar. Per hari ada, karena sekarang kan sistem online 50 hari kuota online. Setahu saya penuh terus, hari-hari biasa juga ramai," ujar Doles.
Untuk diketahui bahwa jumlah pendaki yang mengunjungi Gunung Marapi terbilang mengalami kenaikan. Dan, pada kejadian ini, jumlah korban tewas dikatakan Doles sudah dalam taraf skala nasional.
"Kunjungan pendaki setelah erupsi 2017 itu ya normal biasa aja. Sekarang ini kejadian yang terbesar buat pendaki. Korbannya bisa dikatakan skala nasional lah," kata dia.
Sebagai pelaku wisata di Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat, Doles dan kawan sejawatnya rutin mendapat pelatihan dan pembekalan di BKSDA. Mereka belajar aturan pendakian hingga keselamatan.
"Memang SOP-nya dikasih tahu. Pendaki ini harus lengkap, peralatannya," kata dia.
Sumber:Detik.com