Jakarta, Jurnalisme.Online
Penggunaan bom berukuran besar buatan Amerika Serikat oleh Israel, berkontribusi terhadap banyaknya korban jiwa di Gaza. Bahkan karena kekejaman Israel itu, jumlah korban telah melewati beberapa konflik paling mematikan dalam sejarah.
Pembunuhan di Gaza, yang disebabkan banyaknya penggunaan bom buatan AS seberat 900 kilogram, menurut The New York Times melampaui banyak "momen paling mematikan" di abad ini, termasuk perang Amerika Serikat di Irak, Suriah dan Afghanistan. Bom bersangkutan tidak disebutkan namanya.
Menurut laporan itu yang dikutip detikINET dari Insider, skala besar serangan Israel dan penggunaan bom besar buatan AS di daerah perkotaan padat, memicu banyaknya korban jiwa.
Meski sukar menghitung secara pasti jumlah korban sipil di Gaza, para peneliti yakin bahwa 10.000 perempuan dan anak-anak yang dilaporkan tewas oleh Kementerian Kesehatan Gaza yang dipimpin Hamas merupakan perkiraan yang wajar.
Marc Garlasco, penasihat militer organisasi perdamaian Belanda PAX mengatakan penggunaan bom semacam itu oleh Israel melampaui apa pun yang pernah dia lihat dalam kariernya. Contoh terdekat sebagai perbandingan sejarah, ketika bom sebesar itu dijatuhkan di daerah padat penduduk, adalah di Vietnam atau Perang Dunia Kedua.
Menurut laporan tersebut, para pejabat militer AS umiumnya percaya bahwa bom udara paling umum buatan Amerika, yang berbobot 226 kilogram, sudah terlalu besar untuk digunakan dalam memerangi ISIS di Irak dan Suriah. Tetapi, Israel malah bebas menggunakan bom seberat sekitar 900 kilogram yang juga dibuat di Amerika dan mampu menghancurkan seluruh kompleks apartemen.
Brian Castner, penyelidik senjata Amnesty International mengatakan kepada The Times bahwa bom yang digunakan di Gaza lebih besar dari bom yang dipakai AS untuk melawan ISIS di Mosul di Irak dan Raqqa di Suriah. Castner menyebut bahan peledak tersebut lebih untuk menargetkan struktur bawah tanah seperti terowongan.
"Mereka menggunakan senjata berukuran sangat besar di wilayah yang sangat padat penduduk," kata Castner. Gaza memang adalah medan perang yang unik, berukuran kecil dan padat dengan warga sipil yang tinggal di sebelah dan di atas jaringan terowongan.
Israel mengakui bahwa perempuan dan anak-anak telah terbunuh di Gaza, namun mengklaim jumlah korban tewas yang dilaporkan di wilayah yang dikuasai Hamas tidak dapat dipercaya, menurut The Times. Militer Israel tidak menyebutkan jumlah korbannya, namun mereka membantah menargetkan warga sipil.
"Kami melakukan banyak hal untuk mencegah dan, jika memungkinkan, meminimalkan pembunuhan atau cederanya warga sipil. Kami fokus pada Hamas," klaim Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, kepada outlet tersebut
Pada hari Jumat, Israel menyetujui gencatan senjata selama empat hari dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza. Hamas membebaskan total 25 sandera, 13 warga Israel dan 11 warga asing, termasuk 10 dari Thailand dan satu dari Filipina, pada hari yang sama.
Sumber:Detik