Washington,Jurnalisme.online- Militer Amerika Serikat (AS) mengumumkan kapal selam berpeluru kendalinya tiba di Timur Tengah. Komando Pusat AS (CENTCOM) pada Minggu (5/11/2023), mengatakan bahwa kapal selam Ohio memasuki wilayah tanggung jawabnya.
Unggahan CENTCOM tidak menyebutkan nama kapal selam tersebut. Angkatan Laut AS sendiri memiliki empat kapal selam berpeluru kendali kelas Ohio atau SSGN, yang merupakan kapal selam rudal balistik bekas yang dikonversi untuk menembakkan rudal jelajah Tomahawk, bukan rudal balistik berujung nuklir.
Setiap SSGN dapat membawa 154 rudal jelajah Tomahawk, 50 persen lebih banyak dari kapal perusak berpeluru kendali AS dan hampir empat kali lebih banyak dari kapal selam serang terbaru Angkatan Laut AS.
Adapun setiap Tomahawk dapat membawa hulu ledak berdaya ledak tinggi seberat 1.000 pon.
"SSGN dapat mengirimkan banyak senjata dengan sangat cepat," kata Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS kepada CNN pada tahun 2021.
"Seratus lima puluh empat Tomahawk secara akurat memberikan banyak pukulan. Tidak ada lawan AS yang bisa mengabaikan ancaman ini."
Besarnya daya tembak tersebut ditunjukkan pada Maret 2011, ketika kapal selam berpeluru kendali USS Florida menembakkan hampir 100 Tomahawk terhadap sasaran di Libya selama Operasi Odyssey Dawn. Serangan tersebut menandai pertama kalinya SSGN digunakan dalam pertempuran.
Upaya Mencegah Perang Hamas Vs Israel Meluas
Militer AS jarang mengumumkan pergerakan atau operasi armada kapal selam balistik dan peluru kendalinya. Sebaliknya, kapal bertenaga nuklir beroperasi dengan sangat rahasia.
Kapal selam AS ini bergabung dengan sejumlah aset Angkatan Laut AS lainnya yang sudah berada di wilayah tersebut, termasuk dua kelompok penyerang kapal induk dan amphibious ready group (ARG).
Pengumuman ketibaan kapal selama kelas Ohio ini dinilai sebagai pesan pencegahan yang jelas ditujukan kepada kepada Iran dan proksinya di kawasan, sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken terus berusaha mencegah meluasnya perang Hamas Vs Israel dengan mengunjungi Turki, Irak, Israel, Tepi Barat, Yordania, dan Siprus untuk bertemu para mitra AS.
Pada Minggu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan mitranya Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Selain menekankan perlunya melindungi warga sipil dan memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Austin mengatakan AS berkomitmen untuk menghalangi pihak negara atau non-negara mana pun yang berupaya menimbulkan eskalasi - referensi yang diyakini jelas untuk Iran dan Hezbollah.
Sering terjadi serangan skala kecil terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran, namun AS bertujuan untuk memperjelas bahwa serangan yang lebih luas akan memicu respons yang besar.
Austin mengatakan bulan ini bahwa pasukan tambahan di wilayah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan upaya pencegahan regional, meningkatkan perlindungan bagi pasukan AS di kawasan, dan membantu pertahanan Israel.
"Kami akan melakukan segalanya dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi pasukan AS dan kepentingan kami di luar negeri," tegas Sekretaris Pers Pentagon Brigjen Pat Ryder pada 23 Oktober.
"Sekali lagi, tidak ada seorang pun yang ingin melihat konflik meluas dan itu adalah tujuan utama kami, namun kami juga tidak akan pernah ragu untuk melindungi pasukan kami."
Respons Israel
Israel menyambut baik penempatan kapal selam AS di Timur Tengah.
"Selalu merupakan kabar baik melihat AS memindahkan lebih banyak aset," kata juru bicara militer Israel Letkol Richard Hecht pada Senin, seperti dilansir awak media.
"Kami melihat hal ini sebagai faktor pencegah dan penstabil di kawasan ini."
Sumber: Liputan6.com