Notification

×

Iklan

 


Iklan

 


Tag Terpopuler

Pembunuhan Warga Jurnalis AL Jazeera,Wael Al -Dahdouh,Lewat Dengan Anak-Anak Kami

Jumat, 27 Oktober 2023 | Oktober 27, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-10-27T03:56:11Z


BUTUH BANTUAN HUKUM?

 

Palestina, Jurnalisme. online 

Pembunuhan terhadap keluarga jurnalis Al Jazeera di Gaza Selatan memicu reaksi warga Arab.

Kepala Biro Bahasa Arab Al Jazeera, Wael Al-Dahdouh kehilangan istri, putra dan putrinya dalam serangan udara Israel.

Sebenarnya, keluarga jurnalis Al Jazeera itu telah melarikan diri dari Gaza utara ke selatan atas saran Israel, namun tetap terbunuh.

Ketika dia melihat keluarganya terbunuh, Dahdouh berkata, "Mereka membalas dendam melalui anak-anak kami."

Momen Dahdouh memasuki kamar mayat dan mengidentifikasi anggota keluarganya tersebar luas di Al Jazeera Arab.

Rekaman yang ditayangkan Al Jazeera menunjukkan Dahdouh memasuki Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah pada Rabu (25/10/2023) untuk melihat jenazah keluarganya di kamar mayat.

"Saya baru saja melaporkan dari Yarmouk tentang serangan semacam itu, dan serangan Israel telah menargetkan banyak wilayah, termasuk Nuseirat," ujar Dahdouh kepada Al Jazeera.

Ia terlihat berjongkok dan menyentuh wajah jasad anaknya, Mahmoud (15), yang ingin menjadi jurnalis seperti ayahnya.

Rekaman kemudian menunjukkan Dahdouh memegang jasad putrinya yang masih berusia tujuh tahun, Sham.

Al Jazeera mengecam keras penargetan dan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza, yang telah menyebabkan hilangnya keluarga Wael Al-Dahdouh dan banyak orang lainnya.

"Kami mendesak komunitas internasional untuk campur tangan dan mengakhiri serangan terhadap warga sipil, sehingga menyelamatkan nyawa orang yang tidak bersalah," tulis Al Jazeera.

Seorang warga Arab, Mohammad Hussein menyaksikan Gaza dihancurkan oleh serangan udara Israel dan menanggapi pembunuhan keluarga jurnalis Al Jazeera.

Sopir taksi berusia 45 tahun itu menyebut pembunuhan terhadap keluarga jurnalis Al Jazeera sebagai kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Bagi masyarakat Gaza, kehadiran Dahdouh di layar kaca mereka sudah menjadi hal biasa dalam beberapa tahun terakhir.

Banyak media memuji pekerjaannya dan mengungkapkan kesedihan mendalam untuk Dahdouh, pria yang terbiasa meliput tragedi dan kini harus menghadapi tragedinya sendiri.

Kabar kematian anggota keluarga Dahdouh menyebar dengan cepat di media sosial.

Pengguna media sosial membagikan gambar Dahdouh yang putus asa atau klip jurnalis Al Jazeera itu menahan air mata saat menyampaikan berita.

Bahkan orang-orang yang belum mengetahui namanya, mengatakan bahwa pembunuhan keluarga jurnalis Al Jazeera tersebut sudah menjadi buah bibir semua orang.

Setidaknya 24 jurnalis tewas dalam perang Israel-Hamas, termasuk 20 warga Palestina, tiga warga Israel, dan Abdallah dari Lebanon.

Amerika Sempat Minta Emir Qatar agar Liputan Perang di Gaza Dikurangi

Serangan terhadap keluarga jurnalis Al Jazeera ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken meminta emir Qatar untuk mengurangi liputan Al Jazeera Arab tentang perang di Gaza.

Penghormatan dan simpati mengalir untuk Dahdouh atas terbunuhnya anggota keluarganya.

"Anak-anak, perempuan dan orang tua kami dibunuh ketika mereka sedang duduk," kata Ali, jurnalis WAFA.

Seorang jurnalis dan penulis Palestina yang tinggal di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera, ia melihat Wael sebagai mercusuar pemberitaan yang berani.

"Saya sedang mendengarkan siaran langsung ketika dia menerima berita pembunuhan anggota keluarganya. Itu mengejutkan saya melihat dia terdiam di layar," imbuhnya.

"Serangan ini tidak hanya menimpa Wael dan keluarganya saja, tapi seluruh warga Gaza," kata Ahmed al-Yazil, seorang mahasiswa media dan komunikasi massa di Gaza.

"Israel berusaha untuk membungkam suara Wael dan setiap warga Palestina yang mencoba melaporkan realitas kehidupan di bawah pendudukan dan perang. Tapi itu tidak akan berhasil, bahkan jika kita kehilangan orang yang kita cintai," ucapnya.

"Instagram saya dipenuhi orang-orang yang membagikannya sejak kemarin," Aya Mhanna (38), seorang psikolog klinis Lebanon yang sekarang tinggal di Istanbul, mengatakan kepada Al Jazeera.

"Ini adalah berita yang mengejutkan," kata Maan Al-Haj Ali, seorang jurnalis yang bekerja untuk kantor berita WAFA Palestina.

Sumber: Tribunnews.Com

 

×
Berita Terbaru Update