Jurnalisme. Online
Suhu panas melanda wilayah Arab Saudi yang mencapai melebihi rata-rata.
Sebelumnya suhu tertinggi rata-rata harian tertinggi 42 derajat, yakni pada tanggal 19 Juni.
Pejabat Saudi pada Kamis kemarin mengatakan bahwa saat suhu melonjak hingga 48 derajat Celcius.
Lebih dari 2.000 jemaah menderita tekanan panas selama musim Haji 1444 Hijriah/2023 Masehi.
Perlu diketahui, lebih dari 1,8 juta umat Muslim melakukan ibadah Haji selama berhari-hari, sebagian besar diadakan di luar ruangan pada puncak musim panas di Saudi.
Banyak jemaah lanjut usia (lansia) pada tahun ini, karena batas usia maksimum era pandemi virus corona (Covid-19) telah dihapuskan.
Dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (1/7/2023), pejabat Saudi mengatakan sekitar 1.700 kasus tekanan panas tercatat pada Kamis kemarin.
Hal itu karena sejumlah besar jemaah tetap berada di tempat suci satu hari setelah ritual utama selesai, menambah 287 yang dilaporkan sebelumnya.
"Jumlah kasus stres akibat panas sejak awal hari ini telah mencapai 1.721," kata Kementerian Kesehatan Saudi, mengimbau masyarakat untuk menghindari sinar matahari dan lebih banyak mengkonsumsi air.
Para pejabat tidak menghitung jumlah kematian, namun setidaknya 230 orang, banyak dari Indonesia meninggal selama Haji.
Ini menurut angka yang diumumkan oleh berbagai negara yang tidak mencantumkan mengenai penyebab kematian.
Angka sebenarnya untuk tekanan panas yang meliputi sengatan panas, kelelahan, kram, dan ruam mungkin jauh lebih tinggi, karena banyak penderita tidak dirawat di rumah sakit atau klinik.
Orang-orang yang berjuang dalam menghadapi cuaca panas adalah pemandangan umum, terutama setelah salat siang hari di Bukit Arafah, di mana tempat berteduh sulit untuk ditemukan.
Musim Haji memiliki sejarah bencana mematikan termasuk kerumunan beberapa tahun lalu, namun tantangan utama tahun ini datang dari suhu ekstrem.
Kerajaan Saudi pun mengirim ribuan paramedis dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk membantu mengatasi risiko.
Itu adalah momen Haji terbesar sejak 2,5 juta jemaah datang pada sebelum pandemi virus corona (Covid-19) pada 2019 lalu.
Iklim Teluk sangat keras sehingga pada 2021, panel antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tentang perubahan iklim memperingatkan bahwa sebagian dari wilayah Timur Tengah berpotensi tidak dapat dihuni pada akhir abad ini karena pemanasan global.
"Suhu musim panas maksimum 50 derajat Celcius bisa menjadi kejadian tahunan pada akhir abad ini," kata para ahli.
Suhu Panas di Arab Saudi Naik Drastis 48 Derajat Celcius, Ribuan Jemaah Menderita Tekanan Panas
Sumber: Tribun.com