Notification

×

Iklan

 


Iklan

 


Tag Terpopuler

Seorang Siswi SMP Ditampar Gurunya Sampai Lebam

Senin, 10 Juli 2023 | Juli 10, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-10T03:28:26Z


BUTUH BANTUAN HUKUM?

 

Jurnalisme. Online

Seorang siswi SMP Negeri di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara diduga ditampar oknum guru IPS berinisial Y di sekolah.

Akibat kejadian itu, siswi tersebut mengalami luka lebam pada wajahnya dan tak mau bersekolah.

Orangtua siswi yang tak terima menuntut pihak sekolah untuk dilakukan mutasi terhadap oknum guru yang memukul anaknya.

Sementara, pihak sekolah sudah melakukan upaya mediasi terkait permasalahan tersebut. Namun, hingga kini belum menemukan titik terang.

Ibu siswi tersebut, Maslina mengatakan, kasus ini baru mencuat ke permukaan karena sebelumnya dia berharap tuntutan mutasi bagi oknum guru pemukul anaknya dikabulkan.

Akan tetapi, sudah cukup lama dia bersabar, tetapi belum ada tindakan bagi guru tersebut dari pihak sekolah.

"Kalau guru itu tidak dipindah, tidak mau betul anak saya sekolah," kata dia, Sabtu (8/7/2023).

Kasus terungkap

Maslina bercerita, penamparan itu terjadi pada 21 Juni 2023 di sekolah putrinya.

"Waktu pulang, anak saya memang tidak mau cerita, tapi melihat pipinya merah dan naluri seorang ibu, saya minta dia cerita, dan akhirnya dia menjawab habis ditampar guru IPS,’’ujar dia.

Kemudian, Maslina meminta agar anaknya menceritakan secara detail. Namun, anaknya menolak menjawab dan memilih menghindar.

Menurut dia, anaknya tidak pernah neko-neko atau berbuat yang tidak-tidak sampai bereaksi berlebihan.

Hal itu seperti saat dia meminta anaknya untuk menceritakan sebab musabab dugaan penamparan tersebut terjadi.

"Anak saya tidak mau cerita, tapi dia bilang ditampar gurunya. Sampai lebam juga kondisi wajahnya waktu itu. Itulah yang membuat saya tidak terima," tegas dia.

Tak mau berdamai

Maslina kemudian meminta pihak sekolah menjelaskan duduk perkaranya dan menyatakan keberatannya atas apa yang menimpa anaknya.

Akhirnya pada 23 Juni 2023, pihak sekolah datang ke rumahnya di Desa Bukit Harapan RT 03, Kecamatan Sebatik Tengah, untuk mediasi.

Saat itu, kepala sekolah tempat anaknya belajar, membawa serta Kepala UPTD Sebatik Tengah, Pengawas tingkat SMP, dan Sekretaris PGRI Sebatik Tengah, tanpa menghadirkan guru yang memukul anaknya.

"Saya tidak mau damai sebelum guru yang pukul anak saya dipindah. Anak saya tidak mau masuk sekolah selama ada guru yang pukul dia," kata dia.

Investigasi kasus

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Sebatik Tengah, Usman menegaskan, kasus ini sedang tahap investigasi dan klarifikasi.

Langkah tersebut dilakukan agar perkaranya terang benderang dan tindak lanjut yang diambil menjadi solusi terbaik.

"Permintaan mutasi sebenarnya sudah diakomodir. Cuma butuh proses. Pemberian teguran ada aturan yang harus dijalankan, jangan langsung tanpa tahu sejauh mana kesalahan. Sehingga, ketika nanti jalan ceritanya tidak sesuai yang diceritakan orang, setelah itu diberikan hukuman tidak setimpal kan malah tidak etis," jelas dia.

Menurut dia, kasus ini harus ditinjau dan dirapatkan dengan banyak pihak, karena tuntutan mutasi pihak keluarga korban akan berdampak pada kinerja Dinas Pendidikan dan juga kekurangan guru pada sekolah dimaksud.

"Masih investigasi, masih proses, belum ada keputusan yang mengarah jenis hukuman. Begitu juga terkait masalah si anak tidak mau sekolah, kita perlu tahu motivasinya apa. Apakah takut dipukul atau karena hal lain. Kita masih akan perjelas semua," kata dia.

Pihak UPTD akan memperjelas permasalahan mulai dari apa yang melatarbelakangi tindak pemukulan dan dampak psikologi terhadap anak dan sejauh mana.

Selain itu, termasuk apa jenis sanksi yang diberikan terhadap Y dan bagaimana menindaklanjuti persoalan anak yang dikatakan mogok sekolah pascaperistiwa tersebut.

Sumber: Tribunnews.com

×
Berita Terbaru Update