Foto: Getty Images/Jasmina007/Ilustrasi overthinking membandingkan diri dengan orang lain
Jurnalisme.online - "Jangan membandingkan diri dengan orang lain" adalah nasihat yang kerap kita dengar tapi sulit untuk dijalani. Sadar atau tidak, setiap hari kita terus-menerus mengevaluasi diri dan kemudian membandingkan dengan orang lain, baik dalam hal pencapaian, daya tarik fisik, kekayaan, hingga kecerdasan. Mengapa?
Ada sebuah teori yang dikembangkan pada tahun 1954 oleh psikolog Amerika Serikat, Leon Festinger tentang perbandingan sosial.
Teori perbandingan sosial ini adalah gagasan bahwa individu menentukan nilai sosial dan pribadi mereka sendiri berdasarkan pada bagaimana mereka dibandingkan dengan orang lain.
Faktanya, teori ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa sebanyak 10 persen dari pemikiran kita melibatkan perbandingan, sebagaimana dikutip dari Psychology Today.
Penelitian menunjukkan bahwa orang sering membandingkan diri mereka dengan orang lain mungkin menemukan motivasi untuk menjadi lebih baik.
Tetapi di sisi lain, mungkin juga mengalami perasaan ketidakpuasan yang mendalam, rasa bersalah atau penyesalan, dan terlibat dalam perilaku yang merusak seperti berbohong atau makan yang tidak teratur.
Alasan Sering Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Melansir laman resmi New York University, perbandingan sebenarnya adalah kecenderungan alami manusia yang pada dasarnya tidak buruk. Alasan perbandingan dilakukan yakni untuk mencari atau menemukan sebuah informasi.
Manusia kerap membandingkan berbagai hal sebagai hal yang positif. Karena perbandingan memberi gambaran tentang bagaimana seseorang mengukur diri untuk tujuan perbaikan diri.
Perbandingan juga bisa memberi informasi sedang di posisi apa kita saat ini, kemajuan apa yang sudah dicapai, hal apa yang pantas disyukuri, hingga apa yang belum atau ingin dicapai lagi.
Secara alami, perbandingan bisa meningkatkan pertumbuhan seseorang dan memotivasi diri menjadi lebih baik setiap harinya.
Dalam sebuah penelitian, persaingan yang bersahabat sangat efektif dalam mendorong orang untuk lebih banyak berolahraga, karena teman sebaya saling mendorong untuk mengikuti dan berbuat lebih banyak.
Dalam "efek ratchet sosial" seperti itu, aktivitas setiap orang menghasilkan lebih banyak aktivitas di antara yang lain.
Sisi Buruk Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Meski secara alami perbandingan bisa sangat positif, namun ini juga seperti pisau bermata dua. Manusia dengan segala persoalan kehidupannya, justru kerap 'tenggelam' ketika membandingkan dirinya dengan orang lain.
Bahkan bagi sebagian orang, ini bisa tidak baik untuk kesehatan mental dalam jangka panjang. Membandingkan diri dengan orang lain nyatanya bisa membuat ketidakpercayaan diri tumbuh, perasaan rendah, dan tertinggal.
Sebab, membandingkan diri bisa menggambarkan kondisi yang realistis. Jika mental tidak stabil, justru yang dilihat hanya sisi orang lain, tanpa fokus melihat perbaikan diri sendiri.
Media Sosial Bisa Memperparah
Faktanya, melihat linimasa dan unggahan teman dan atau selebritas di media sosial juga bisa memperparah kondisi diri saat membandingkan.
Seseorang bisa menjadi jauh dari realita dan tujuan untuk memperbaiki diri. Sebab, ketika seseorang sedang bekerja keras dan melihat orang lain liburan di media sosial, itu telah membandingkan dua kondisi yang berbeda dan menjadi beban pikiran.
Padahal jika bisa melihat dari sisi yang fokus, semua kehidupan di media sosial adalah kehidupan yang berbeda dengan yang sedang dijalani setiap orang di dunia nyata.
Dalam hal ini, media sosial sebenarnya bisa memperkuat harga diri, yakni bahwa yang sedang dilakukan setiap orang saat ini adalah sebuah kehidupan yang sama berharganya dari kehidupan orang lain.
Jadi, ketika mulai membandingkan diri, fokuskan terhadap tujuan untuk memperbaiki diri. Jangan membandingkan terlalu banyak karena bisa menjadi masalah.
Ketika membandingkan diri dengan orang lain, sadari bahwa setiap orang memiliki pengalaman hidup dan keberuntungan yang sangat berbeda. Kehidupan yang sedang dijalani adalah hal berharga yang harus disyukuri dengan gembira.
Sumber: Detik.com