Notification

×

Iklan

 


Iklan

 


Tag Terpopuler

BMKG Ungkap Alasan Prediksi Hujan Ramai Meskipun Ada El Nino

Selasa, 13 Juni 2023 | Juni 13, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-13T01:48:19Z


BUTUH BANTUAN HUKUM?

 

Ilustrasi. BMKG menyebut hujan masih akan turun hingga pekan depan meski El Nino mulai muncul. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)


Jurnalisme.online - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut hujan masih akan ada hingga pekan depan dampak dari berbagai fenomena cuaca, di antaranya siklon tropis Guchol dan gelombang Kelvin yang diperkirakan masih aktif.

Menurut Prospek Cuaca Seminggu ke Depan periode 9 hingga 15 Juni, BMKG memperkirakan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terdapat di wilayah Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung.


Selain itu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.


"Sepekan ke depan kondisi cuaca akan dominan berawan sepanjang hari dengan potensi hujan sedang hingga hujan lebat pada siang dan malam hari."


Sebelumnya, BMKG menyebut fenomena La Nina yang memicu kemarau basah sudah berakhir sejak Februari 2023.


Di samping itu, mulai Mei hingga saat ini suhu air laut di Samudera Pasifik mengalami perubahan yang mengarah pada El Nino (fenomena menghangatnya muka air laut di Samudera Pasifik yang memicu penurunan curah hujan).


"Jadi semakin menghangat di Samudera Pasifik, anomali temperatur di Samudera Pasifik ini semakin meningkat sudah mencapai 0,8 (º Celsius), artinya El Nino masih lemah," kata Ketua BMKG Dwikorita Karnawati, pekan lalu.


"El Nino diprediksi akan berlangsung dengan intensitas awalnya lemah sekitar Juni, kemudian menguat hingga moderat," lanjutnya.


Selain itu, ada fenomena pemanasan suhu muka laut di Samudera Hindia, yakni Indian Ocean Dipole (IOD), yang diprediksi membuat musim kemarau makin kering.


Terkait dampaknya, lewat peta prakiraan cuaca yang dipaparkan Dwikorita, sejumlah wilayah seperti Pulau Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara mulai masuk ke fase minim hujan di bawah 30 persen pada bulan ini hingga September.


Lalu kenapa setidaknya beberapa hari ke depan wilayah-wilayah itu masih basah?


El Nino belum signifikan

BMKG menuturkan beberapa penyebabnya. Pertama, fenomena-fenomena iklim global belum terlalu berpengaruh, termasuk El Nino dan IOD.


"Dalam skala global, nilai SOI (Southern Oscillation Index), IOD, dan Nino 3.4 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia," kata BMKG.


Kedua, fenomena atmosfer Madden Julien Oscillation (MJO) aktif pada kuadran 1, menunjukkan kondisi yang tidak signifikan untuk Indonesia.


Ketiga, gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di Sumatera Barat sepekan ke depan. Keempat, gelombang Kelvin yang ada di lautan atau atmosfer diprakirakan masih akan aktif di Papua.


 "Sehingga, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," lanjutnya.


Keempat, BMKG menyebut Siklon Tropis Guchol terpantau di Laut Filipina sebelah Timur Filipina dengan kecepatan angin maksimum mencapai 40 knot atau 74 km/jam dan tekanan udara 998 mb. Badai ini bergerak ke arah utara menjauhi wilayah Indonesia.


Sistem ini menginduksi peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot dan membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di Samudra Pasifik sebelah Timur Filipina.


Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lain juga terpantau memanjang dari perairan utara Jawa Barat hingga Lampung-Bengkulu.



Kemudian, dari Sumatera Selatan hingga Jambi, dari Bangka Belitung hingga Kep. Riau, di Kalimantan Utara, di Sulawesi Tenggara, di NTT bagian timur, dan di Maluku bagian selatan.


"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut," tulis BMKG.


BMKG pun mengeluarkan peringatan potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lainnya serta potensi dampaknya, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, hingga angin kencang.


Wilayah-wilayah yang berpotensi cuaca ekstrem periode 13 - 15 Juni antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung;


Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat.



Sumber: cnnindonesia


×
Berita Terbaru Update